04 Januari 2009

MENJADIKAN PARIWISATA SEBAGAI IKON PEMBANGUNAN DAERAH

Tema pembangunan Daerah tahun 2009 di Kabupaten Banyuwangi adalah “Pengembangan Sektor Pariwisata Untuk Menunjang Percepatan Pengentasan Kemiskinan”. Tema ini merujuk pada Tematik Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 yang telah dituangkan dalam RPJMD, bahwa memprioritaskan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan. Kenapa pariwisata menjadi tema pembangunan pada tahun 2009? Hal ini didasarkan pada konsep bahwa basic need masyarakat khususnya penanganan sektor pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan telah tertata secara fundamental pata tahun 2006 hingga 2008. Setelah kebutuhan dasar masyarakat ‘telah’ terpenuhi maka upaya selanjutnya sebagai strategi pembangunan daerah adalah self actualization.

Pembangunan pariwisata merupakan upaya self actualization untuk menunjukkan aktualisasi kondisi dan potensi Banyuwangi dalam pentas regional maupun nasional. Pembangunan pariwisata tidak hanya diarahkan pada pengembangan pemasaran maupun destinasi obyek pariwisata, namun lebih dari itu pembangunan pariwisata diarahkan menjadi cues to action (pemicu) untuk implementasi secara komprehensif konsep dan sistem pembangunan daerah sehingga lebih menekankan pada aspek potensi biofisik (kekhasan kawasan ijen, sukamade, plengkung), aspek sosial budaya (local knowledge masyarakat Banyuwangi, tata nilai dan praktik sosial tradisional warga using), dan aspek ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi secara berkelanjutan).

Pada aspek biofisik, implementasi konsep pembangunan diarahkan pada penataan struktur ruang wilayah merupakan gambaran sistem wilayah secara utuh dan jaringan prasarana yang dikembangkan untuk mengintegrasikan pelayanan, pelaksanaan kegiatan yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai. Penataan ruang wilayah dengan kekhasan potensi biofisik Kabupaten Banyuwangi merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan daerah dan lintas wilayah administratif yang saling menunjang dan melengkapi. Pada pelaksanaannya, kekhasan kawasan Ijen, Sukamade, dan Grajagan harus didukung oleh berbagai wilayah administratif kecamatan dan lintas satuan kerja perangkat daerah.
Pada tataran konsep dan strategi pembangunan daerah, diperlukan matching antara rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah daerah sebagai kebijakan daerah yang saling komplementer. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada rencana pembangunan jangka panjang kabupaten begitu juga sebaliknya.
Indikator pada dimensi biofisik antara lain tersedianya pedestrian yang nyaman untuk pejalan kaki, tingkat pencemaran (air, tanah, udara), kebisingan, jumlah dan kualitas limbah, jumlah dan kualitas sampah, area hijau perkotaan, ekosistem air tawar, keragaman hayati, larutnya lapisan tanah, permukaan tanah yang tidak dapat diresapi air, air minum yang memenuhi standar, dan sebagainya.
Aspek sosial budaya memberikan makna yang lebih kepada keseluruhan gagasan, tindakan dan hasil karya asli (original) masyarakat Banyuwangi. Kekhasan aspek sosial budaya masyarakat Banyuwangi harus senantiasa dijaga kelestariannya serta didorong pengembangannya terutama pada 7 (tujuh) unsur, yaitu 1) bahasa using, 2) kesenian tradisional, 3) keragaman sistem religi, 4) organisasi tradisional, 5) sistem pengetahuan, 6) sistem peralatan dan teknologi, dan 6) sistem mata pencaharian. Ketujuh unsur khas Banyuwangi ini perlu senantiasa digali dan dikembangkan untuk memberikan keseimbangan dalam hubungan timbal balik yang dinamis antara manusia dengan alam. Sistem pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah, air minum, pengolahan limbah secara mandiri dan terpadu harus ditumbuhkan sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan daerah.
Indikator pada dimensi sosial antara lain tingkat kriminalitas, keadilan dalam hukum, bayi yang lahir dengan berat badan rendah, kemampuan membaca dan menulis pada orang dewasa, tingkat partisipasi masyarakat, umur harapan hidup, kesehatan fisik, kesehatan mental, angka buta huruf, dan sebagainya.
Pada aspek ekonomi, pendekatan strategi dititiberatkan pada pemenuhan kebutuhan pokok dan aksesibilitas pelayanan dasar serta pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Penanggulangan dan pengentasan kemiskinan merupakan investasi meningkatan sumber daya manusia sebagai bagian integral pembangunan daerah. Pembangunan infrastruktur untuk mendorong pembangunan pariwisata diharapkan mampu memberikan kemanfaatan ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang kepada mayarakat terutama warga miskin. Kemanfaatan ekonomi jangka pendek melalui pola pemberdayaan, stimulasi dan padat karya (local technology), yang berorientasi kebutuhan riil masyarakat dan kondisi biofisik potensi wilayah.
Apakah strategi tersebut dapat diimplementasikan? Kami berharap bahan dan ruang diskusi ini dapat menjadi wahana bagi semua pihak yang peduli untuk sharing gagasan untuk MEMBANGUN BANYUWANGI LEBIH BAIK..